sepintas kecerewetan

Rabu, 27 Juli 2011

Kampung Naga

             


           Kampung Naga? Tentu kita semua pernah mendengar nama tersebut.  Barangkali ada yang iseng-iseng menerjemahkannya ke Bahasa Inggris menjadi Dragon Village.  Setelah saya berkunjung ke Kampung Naga pada pertengahan Januari lalu, saya menertawakan plesetan Bahasa Inggris tersebut.  Tidak nyambung!
Ya, karena kampung adat yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya ini tidak ada kaitannya dengan naga —makhluk fantasi yang mulutnya mengeluarkan api— sama sekali.  Ketika saya bertanya pada sang kuncen, ia menjawab, ”Naga itu artinya nagasari, makanan tradisional Sunda.”
Dalam penuturan sejarah Kampung Naga pun, tidak ditemukan sedikitpun kisah tentang hewan naga.  Lucu. Ada pendapat lain yang berkata bahwa nama ”Naga” berasal dari bentuk atap nagawir rumah-rumah di Kampung Naga.  Jadi yang mana yang benar?
Yang jelas, mereka memiliki leluhur bernama Singaparana—raja terakhir Kerajaan Galunggung—yang dahulu kala mendapat misi menyembunyikan benda keramat dari incaran pemberontak.  Tibalah ia di lokasi dekat Sungai Ciwulan yang nampak tersembunyi.  Setelah beberapa waktu, lokasi tersebut dikembangkannya hingga menjadi Kampung Naga. 
Warga yang berada di sana disebut masyarakat Naga, sedangkan ada pula istilah sanaga yang diberikan untuk keturunan Naga yang terikat dengan adat karuhun. Tapi, dari mana nama ”Naga” berasal?
Ah, lupakan tentang nama Kampung Naga.
Seperti apakah Kampung Naga sebenarnya?
Jika kita ingin melihat Kampung Naga dari dekat, kita mesti menuruni 354 buah anak tangga yang cukup curam ke bawah.  Karena saat kunjungan saya hujan turun, tangga tersebut menjadi licin sehingga membuat banyak orang terpeleset.  Setelah tangga, kita harus sedikit berjalan kaki di tepi Sungai Ciwulan yang ditemani bukit dan hutan.  Di pinggiran sungai pun nampak endapan tanah yang motifnya mirip kue marmer.  Coklat-dengan hiasan coklat tua.  Batu-batu besar juga nampak kokoh menghalangi arus sungai. 
Hiasan khas yang pertama menyambut kami di depan Kampung Naga adalah toilet umum dari bilik berbentuk balok yang ukurannya hanya setengah badan serta diiringi kucuran air berada di atas sungai kecil.  Sedikit jalan kaki lagi, tibalah kita di Kampung Naga. Pemukiman adat yang nampak sangat teratur.  Mulai dari arah rumahnya (semuanya menghadap ke kiblat atau barat, sesuai aturan budaya Sunda), bentuk rumahnya—rumah panggung, atap rumah dari ijuk dan beberapa bahan lainnya sebagai lapisan bawah,  juga warna putih kapur dinding rumah penduduk.              
Hal langka dari Kampung Naga adalah budaya material masyarakatnya.  Berbeda dengan orang kota, mereka tidak berlomba-lomba memiliki barang mewah, melainkan menyamaratakan kepemilikan! Masyarakat Kampung Naga menentang kesenjangan sosial.  Alasan itulah yang membuat mereka menolak listrik masuk (di samping ketakutan mereka akan kebakaran) ke tempat tinggal mereka.
Tapi jangan salah sangka dulu.  Saya masuk ke satu rumah warga di Kampung Naga, dan ternyata ada sebuah televisi di sana.  Awalnya saya ingin tertawa.  Bukannya mereka menolak listrik, ya? Menjawab kegelian saya, sang kuncen menjelaskan kembali, ”Kami pakai accu buat menjalankan televisi.”
Oh. Ternyata begitu. Pantas saja di bawah televisi terletak sebuah kotak accu. 
Perkakas-perkakas penunjang hidup sehari-hari mereka pun semuanya bebas-listrik.  Setrikaan masih kuno, yang dipanaskan dengan batu bara.  Untuk memasak, mereka memanfaatkan kompor minyak tanah.
Bangunan rumah setiap keluarga pun sama.  Dindingnya bilik, penyangga bentuk ’panggung’nya batu yang cukup besar, dan karena ada peraturan bahwa rumah tidak boleh dicat, maka masyarakat hanya mengapur dinding rumah saja. 
Di dalam rumah, ada sebuah pintu kecil.  Pintu kecil itu membuka lumbung mini milik keluarga yang tinggal.  Tetapi, hanya istri dari kepala keluarga itu saja yang boleh membukanya. Alasannya: daerah dapur adalah wilayah perempuan.   
Satu lagi. Tidak ada kursi di dalam semua rumah warga Kampung Naga. Alasannya sederhana: kalau ada seorang yang duduk di atas kursi dan seorang lagi di lantai, itu merupakan simbol kesenjangan sosial!

Kebudayaan di Kampung Naga
Soal kepercayaan, masyarakat Kampung Naga memang sangat ketat.  Mereka memilki benda mirip bungkus ketupat berhiaskan dedaunan dan tumbuhan kering yang digantungkan pada daun pintu.  Benda itu, kata mereka, adalah penolak bala yang harus diganti setiap perayaan Tahun Baru Islam. Mereka namakan itu: Tanda Angin.
Masyarakat memiliki ketentuan hari-hari baik juga buruk.  Ada hari-hari di mana mereka tidak boleh ini dan itu.  Tempat-tempat keramat dan terlarang pun masih ada untuk mereka.  Hutan terlarang di sebelah Sungai Ciwulan, misalnya.  Ada pula sebuah rumah terlarang.
Mereka juga secara rutin mengadakan upacara adat.  Ada bermacam-macam upacara adat khas Kampung Naga.  Serangkaian upacara yang dinamakan Hajat Sasih salah satunya.  Upacara ini dilakukan untuk menghormati dan meminta berkah kepada leluhur juga sebagai kesempatan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan yang diberikan.  Pada Selasa, Rabu, dan Sabtu mereka melakukan Upacara Menyepi.
Penentuan hari-hari keramat disesuaikan dengan hari-hari besar agama Islam. Kesimpulannya, mereka menjalankan agama Islam sambil tetap memegang adat asli mereka, sehingga kedua budaya tersebut selaras.  

Gotong Royong dan Bersahaja
Masyarakat Kampung Naga jelas hidup secara bergotong-royong, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Dalam hal membangun rumah misalnya, mereka lakukan bersama-sama. Budaya ini mereka sebut ngadeugkeun imah, pendirian rumah. Pada saat memulai masa ini mereka mengadakan salametan. Acara pertama adalah para wanita memasak tumpeng bersama. Kemudian, tetangga diundang untuk makan bersama agar acara nantinya selamat. Acara kedua adalah acara tulak bala, dengan mengurbankan seekor ayam sebelum rangka rumah didirikan. Nantinya kepala, sayap dan kaki ayam dikuburkan di tengah tapak rumah dengan kepala menghadap ke timur. Darah ayam dioleskan pada bagian luar batu pondasi rumah, dan di setiap sudut rumah ditanam uang logam. Setelah rumah dibangun, acara salametan diadakan lagi sebagai tanda syukur.
Kebersamaan dan kesahajaan merupakan warisan leluhur yang tak bisa dipisahkan dari keseharian suku ini. Kita sebagai orang kota, orang modern bisa banyak belajar dari mereka.

n.b. Sebenarnya tulisan ini ditulis tahun lalu, dalam konteks mau saya masukkin ke buletin SMA saya dulu.  Tapi setelah dikirim, eh, si buletin ganti format segala macem dan ini nggak jadi dimuat.  Selagi beres-beresin isi PC yang sudah berantakan, saya menemukan laporan berikut dan akhirnya saya muat saja di blog! :D 

Sabtu, 23 Juli 2011

10 Hal yang Ingin Saya Pelajari

Di luar yang sedang saya tekuni sekarang, berupa mencorat-coret kertas, mukul-mukul piano, elus-elus viola, dan ngabisin baterai netbook, saya masih ingin sekali menambah ilmu! Untuk sekedar mengungkapkannya atau minta referensi :P, saya pun akan mendaftarnya menjadi SEPULUH! 

10 Ilmu Idaman

1. Main yoyo! Berbekal nilai olahraga SMA kira-kira 60-70, itu pun ketolong karena larinya bagus tapi volinya payah, saya suka sirik sama orang yang pandai olahraga--salah satunya beryoyo! Apakah yoyo termasuk olahraga? Tidak tahu.  Tapi selama berhubungan dengan motorik kasar, ya, saya kasih gelar olahraga saja.  Kenapa yoyo? Sebab yoyo sangat indah saat dimainkan (oleh ahlinya).  Kesannya kenyoy-kenyoy, lentur, lucu...ah, mau belajar! 

2. Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa.  Kalau boleh dibilang, saya sih biasanya tidak mengalami kesulitan signifikan saat belajar bahasa baru.  Masalahnya adalah...SIAPA YANG BISA NGAJARIN? 

3. Bikin produk perawatan wajah 100% alami yang awetnya bisa sampai 3 bulan lebih. Dikasih apa ya? Garam? Atau gula? Ah, saya pingin punya pabrik keelokan yang superalami tapi super ekonomis.  Gimana caranya coba? 

4. Melawak lebih profesional. Jika orang-orang dibilang suka punya keinginan terpendam, ya inilah salah satu keinginan terpendam saya.  Pingin jadi pelawak! 
5. Fotografi. Terdengar normal? Iya banget.  Alasannya? Soalnya saya senang.  

6. Percaya pada kekuatan pikiran dan menghilangkan minus mata saya. Mungkin ini butuh jam terbang, pengalaman, iman, dan...semedi di bawah air terjun selama 40 hari 39 malam ditemani aromaterapi rasa vanila? 

7. Ngomong sama hewan. Siapa ya kira-kira gurunya? 

8. Gamelan. Kenapa saya taruh di urutan buntut? Soalnya baru inget ada yang satu ini. Oke, ini sih, sudah dari zaman dahulu kala.  Saya selaluuu pingin bisa main gamelan.  Rasanya asyik kalau bisa mendengar permainan gamelan setiap hari.  Sedaaaap! 

9. Jadi vegetarian. Ilmukah? Tentu! Walau barangkali tidak memenuhi syarat-syarat peresmian sebuah ilmu yang dulu diajarkan di kelas Sosiologi (eh, eh, saya jadi kangen Sosiologi).  Tahun ini memang masih abal-abal.  Nanggung.  Tapi tahun depan saya bertekad akan benar-benar merintis jalan sebagai vegetarian! 

10. Menjadi bijaksanaInilah ilmu paling panjang dan indah dalam kehidupan.  Mungkin nilai-nilai 'bijaksana' setiap orang berbeda.  Tapi saya akan mengikuti prinsip dan panggilan hati agar menjadi kian bijaksana dari hari ke hari.  Amin.  

Selamat hari anak nasional! Jangan biarkan mereka menonton sinetron Indonesia, ya? ;)

n.b. : Poni saya dicukurin sama Papa. Hasilnya: kayak poni...tapi miring dikit.  Hihihihi!  

Senin, 18 Juli 2011

Bararongjur! *

Hai, kawan semua! Saya baru pulang dari...CCF! Yap.  Ujian.  Jam empat sore, meleset dari pemahaman bahwa ujiannya jam satu siang (miskomkah? Salah ketikkah?), tapi, ya sudahlah ya. 

Dan apakah yang terjadi di ujian? 

*membuka tirai panggung pelan-pelan

Voilà! Ujiannya selesai dengan selamat sentosa adil dan makmur dong! :D Bagian Comprehension d'Oral alias mendengar dan menjawab pertanyaan...lumayan! Senang sekali.  Bab kedua, Comprehension d'écrit-nya, nggak terlalu kompleks, yah, agak banyak mikir, tapi...berjalan lancar! Bagian ketiga, terakhir, menulis (lupa judulnya apa) kartu pos dan mengisi formulir identitas, mantap suratap.  Ada elemen-elemen kecil yang bikin nggak yakin, tapi sudahlah.  Setidaknya saya ngerti apa yang saya lakukan, nggak kayak kalau ketemu soal aneh di Ulangan Umum Fisika sampai ngejawabnya 100% mengarang bebas.  :)) 

Dan terakhir adalah...BERCAKAP-CAKAP dan NGOMONG! Nah, yang ini agak jebol-jebol nggak puguh lantaran saya...entahlah, antara gugup, takut salah, dan...ah, entahlah!  Walaupun begitu, saya rasa hasilnya lumayan kok.  Saya memperkenalkan diri dengan baik, membuat pertanyaan-pertanyaan yang nggak garing, dan saya bisa bayar sekilo pisang dan dua kilo ikan seharga 18€30 dengan duit-duitan kertas fotokopian 20€ dan dapet kembalian 1€70.  Bwahaha! Berasa balik ke SD lagi nggak sih? Belajar uang-uangan, tapi yang ini versi Bahasa Perancis? That was weird, anyway.  It sounds weird and felt weird!   

Oh iya, tadi karena salah jadwal, selama jam 1 lebih sampai jam 3 kurang, saya keluyuran ke Gramedia dan BIP.  Di BIP, saya beli soft lens yang memang sudah direncanakan sebelumnya.  Eh, kebetulan lagi ada loyalty program dari Acuvue, jadi kalau beli 2 kotak dapet 1 gratis.  Ya sudah, saya manfaatkan pula itu keuntungan.  Lumayan, ada stok soft lens sampai 9 bulan mendatang (terus siapa yang melahirkan ya?).  Daripada bolak-balik toko kalau kehabisan.  Lagipula jadi hemat sebanyak 165.000 Rupiah untuk jatah satu periode (3 bulan). 

Lalu saya pun...kembali ke CCF dan makan kentang gorengnya yang berharga 9.000 Rupiah ditambah jus buah campur, 12.000 Rupiah.  Seharusnya bertotal 21.000 Rupiah, kan?  Tetapi karena punya Carte Etudiant, saya dapet diskon 10%! Yipii! :) 

Oh iya, saya ada kata-kata mutiara bagus.  

Minum air putih sebanyak-banyaknya.  Niscaya racun akan keluar dan tubuh segar selalu.  Senyum! ;)

Selamat berbahagia, kawan-kawanku. :D 

*Bonjour versi Sunda, menandakan adanya kejamakan pada sasaran sapaan


Minggu, 17 Juli 2011

Filosofi Pramudita

Sejak ganti header blog, saya belum pernah menjelaskan apa pun mengenai blog pramudita ini sendiri.  Benar kan? Yah setidaknya secara resmi... 

Jadi mari kita mulai!

Pada dasarnya, pramudita merupakan satu dari beberapa halaman blog saya di dunia maya selain yang saya punya di situs lain.  Awalnya karena melihat bahwa blogspot lebih praktis, simpel, dan ramai, tapi terasa lebih diary-y.  

Maka jadilah saya membuat akun baru dan dengan santainya berceloteh panjang...paaa...aan...jaaaa....aaang sekali hingga pramudita malah jadi blog saya yang paling sering ditengok dan diisi.  

Sesudah itu, saya mulai mengulik lebih jauh segala pernak-pernik yang dapat membuat blog saya lebih 'saya'.  Salah satunya adalah membuat header sendiri! (terima kasih kepada sebuah buku petunjuk tentang blogging yang saya lupa judul dan nama pengarangnya).  

Nah, filosofi si headernya itu sendiri? 

Ya, saya hanya menempel gambar-gambar yang paling dekat dengan kehidupan saya.  

1. Bendera Indonesia-secara saya kan dari dulu selalu menginjak tanah negeri ini dan belum pernah ke luar negeri.  Lagian bendera Indonesia keren.  Minimalis, warnanya kuat, filosofis.  Cinta deh! 

2. Cappuccino Paradise-karena dialah novel perdana saya yang diterbitkan (dan diselesaikan sampai akhir!).  Saya senang dan tidak menyangka bahwa akhirnya saya kecebur di dunia novel.  Memang sih, ceritanya seenak perut dan bahasanya masih amburadul, tapi entah kenapa saya sering baca ulang lho. Ditulisnya tanpa mikir sih! Jadi bacanya pun nggak perlu mikir... 

3. Baju Hitam-Putih-itu sih asal capluk aja, soalnya saya lagi pingin little black dress dan kardigan.  Eh, si little black dress-nya kesampean pas mau konser di CCF itu, dari si Abang Seno... :D Hahaha, makasih yak!

4. Foto Langit-saya sangat suka anglenya, objeknya, awannya, langitnya... 

5. Ilustrasi Buku Sketsa-buku kesayangan saya.  Kertasnya agak kuning, 100 halaman, dan gambar depannya lucu sekali! Sempurna.  

6. Foto Makan Pagi-mengenang momen makan pagi paling asyik yang pernah saya rasakan.  :9 

7. Gambar (Narsis) Saya Meluk Biola Alto sembari Nginjek-Nginjek Piano-saya ingin semua alat musik yang saya genggam dan saya sentuh dan saya mainkan akan berkembang dan terus menjadi teman hidup saya dan membahagiakan semua orang melalui keindahan nada dan suara.  Amin! 

8. Kizka-(nangis dulu nih).  Oke, sembari ngelap ingus, dialah anjing yang entah kenapa mengundang rasa sayang saya.  Dia anjing perempuan yang mudah dicintai.  Dia begitu lembut.  Dan yang lebih penting, dialah anjing pertama yang membuat saya merasakan kasih sayang seekor anjing.  (bingung? Lempar tomat saja...) 

9. Logo Menara Eiffel-sebagai penggemar Bahasa Perancis dan negara asalnya, saya ingin saja mencantumkan monumen ini di situ.  Saya bercita-cita pergi ke Perancis! :D 

10. Burung Beterbangan-tunggu, sebelumnya, kok bisa pas 10 ya? Saya nggak hitung lho... Oke, tentang burung, saya sangat suka burung! Karena mereka lucu, terbang, bisa nyanyi, dan baik hati.  Makanya saya benci kalau hutan ditebang terus.  Mau ke mana mereka? :'((  

Semoga dengan adanya pos ini, kalian lebih memahami ke mana pikiran manusia satu ini mengacu.  Tidak kepada kriminalitas kok.  :)

CCF Menanti

Begitulah.  Besok saya ujian kenaikan tingkat di CCF.  Sampai detik ini belum buka buku lagi.  Nggak tau kenapa kayak belum waktunya aja.  :)) Mungkin udah gen penggaristenggatwaktu alias deadliner*

*orang yang punya kecenderungan melakukan tugas tepat pada saat tenggat waktu

Sebetulnya saya juga nggak ngerti ini gen datang dari mana, tetapi permanennya ampun-ampunan.  Kalau belum tenggat waktu, saya bisa molor-molor seenaknya.  Di otak sih inget, harus ngerjain ini, itu, tapi karena berasa punya banyak kesempatan, jadi santai deh. 

Apakah sifat ini baik? Tidak tahu.  Mungkin asyik di waktu-waktu sebelum tenggatnya (bisa main, leyeh-leyeh, seakan nggak ada tugas menanti).  Tapi, saya tidak bisa bilang pada tenggat waktunya saya langsung panik atau apa.  Saya menikmati penebusan dari ngaretnya saya! Kadang.  Entahlah.  Sulit dijelaskan dengan bahasa manusia normal.  

Peristiwa konyol yang pernah terjadi berkenaan dengan ke-deadliner-an saya bersetting tahun 2006, pas saya kelas 9.  Saya, Esther, dan Inez sama-sama punya sifat itu.  *maafkanlah kami 
Kebetulan, kami satu kelompok untuk tugas akhir Seni Musik (berupa kewajiban menciptakan sebuah lagu), padahal saya nggak sekelas sama mereka, tapi sama Pak Djonggi guru-sepanjang-masa kami, kelompoknya boleh pilih bahkan yang beda kelas! Senangnya! 

Tahu nggak? Kami sering banget ngomong, "Eh, tugas SM gimana?" 

Tapi hingga hari terakhir, kami belum jadi-jadi juga bikin lagu satu pun.  Sebelumnya kami memang sempat mau buat nyanyian yang terinspirasi dari film Hotaru no Haka alias Grave of The Fireflies.  Film Jepang tentang zaman PD II yang sedihnya keterlaluan (sampai habis nonton film versi animasinya, kami buru-buru setel DVD SpongeBob Squarepants dan ketawa bahkan di bagian yang lucu pun tidak...).   Liriknya kami susun pakai Bahasa Inggris.  Nadanya juga sudah dicoba-coba.  Namun begitu kami mau melanjutkannya, kami stuck! Sama sekali BUNTU, nggak tahu harus dibawa ke mana lagi tuh lagu.  Mungkin karena bawaan galaunya bikin kami ikutan galau? 

Selama tiga jam sebelum dentang waktu mengatakan bahwa kami harus menyerahkan tugas, kami ngumpul di koridor belakang SMP Yahya, berbekal kertas, pensil, dan pianika.  Gilanya, entah dapat ilham dari mana setelah asal-asal pencet, kami menyusun nada supersederhana yang WOW! KAYAK LAGU! Saya sempat les piano dulu setengah jam dan begitu balik, Esther dan Inez sudah menyusun sebagian besar liriknya! Dalam waktu ekstrasingkat, tahu-tahu tugas tersebut selesai dong.  Ajaib banget! Dengan edannya kami lari ke atas nyari Pak Djonggi.  

Tapi ternyata Pak Djonggi nggak ada! Sudah pulang! 

...

tamat.  

Apakah kami lulus Seni Musik kalau begitu?

Dari lantai dua, kami mengintip ke bawah dan tiba-tiba tampak permukaan ransel Pak Djonggi sedang berjalan ke arah timur! MUJIZAT! Kami lari lagi ke bawah, teriak, "PAAAAK! TUGASNYA SELESAI!" 

Itu terjadi ketika Pak Djonggi sudah siap-siap naik motornya.  

Ajaib, bukan? 

*dilemparin tomat busuk

Hei, itu kan keren banget! Penuh keajaiban! 

*tomat busuk ditemani apel kerutan beterbangan ke panggung

Oke jadi...saya mesti buka buku ECHO 1 besok pagi.  Betul-betul dibuka.  Supaya saya bisa bilang...
Je voudrais un billet du train pour 21 juillet.  

Est-ce que il y a une reduction? 
Je prends du saumon et du jus de fraise, sans sucre!

Mudah-mudahan 'ripiu' ujian dari Monsieur Kiki tidak meleset.  Amin.  Doakan saya.   :)  

Selamat hari baik!


Kamis, 14 Juli 2011

Accolay-Violin Concerto No.1 in A Minor

Accolay-Violin Concerto No.1 in A Minor-diinterpretasikan oleh Arya (biola) dan Ningrum (gambang Eropa alias piano)

Rabu, 13 Juli 2011

10 (sepuluh)

Saya dapet PR dari Mak Inez! Intinya, saya mesti mendaftar 10 poin tentang saya.  Maka demi memenuhi amanat sang isteri, disusunlah undang-undang dasar seribu sembilan ratus empat puluh lima tambah enam puluh enam ini.  Selamat membaca! 



"Sepuluh Cerita Tentang Saya"

1. Dulu saya takut anjing. Takutnya mendarahdaging banget dan tak dapat ditoleransi! Kalau waktu kecil sih, gampang.  Ada anjing: minta gendong Papa! Tapi seiring pertumbuhan saya, entah kenapa pelan-pelan rasa takut itu memudar.  Kayaknya sih karena dibantu oleh cinta.  Ya! Karena saya cinta banget sama anjing (sebenernya)--lebih tepatnya, saya suka binatang.  Alhasil, saya pun berhasil berubah jadi pecinta anjing (prosesnya sih bertahun-tahun...mulai dari berani mendekati anjing dalam jarak 1 meter sampai mengelus sampai memeluk dan sampai nggak peduli anjingnya seliweran ngejilatin kaki saya).  Dan saya bangga serta berterima kasih untuk semua pihak yang menolong saya secara tak disadari yaitu: ayah-ibu (yang ngajarin kalau kita lari anjingnya malah bakal ngejar), Engkong (yang di rumahnya selalu pelihara guguk), dan isteri-isteri yang setia (hahaha, Esther dan Inez yang menemani saya ngedeketin anjing hingga kita bertiga mandiin si Kupré)! 

2.  Pas kecil saya nggak suka soda lho. Rasanya gegerenyetan di lidah! Nggak enak.  Tapi entah sejak kapan saya mulai suka, berkat nyicipin Fanta ijo bareng Ayu, sepupu saya.  Belakangan saya mulai absen soda lagi karena efeknya nggak bagus buat tubuh.  :)

3. Saya jomblo selama 19 tahun. Benar dan sah.  Alasannya sebetulnya tidak jelas.  Apa saya rewel? Atau sayanya yang memang terlalu ajaib? Saya kadang kagum sama cewek-cewek yang kayaknya gampang punya pacar.  Kok nggak repot, gitu.  Malah bisa gonta-ganti.  Saya aja satu pun nggak datang-datang masanya.  Hihihi! Tapi, sudahlah.  Kejombloan pun dapat dinikmati kok.  :) 

4. Rumah impian saya adalah yang kebunnya besaaaar dan rumahnya sejuk.  Bangunannya sih nggak usah aneh-aneh kayak zaman barok.  Cukup bergaya arsitektur campuran minimalis dan klasik, tetapi banyak jendela kacanya dan ada satu grand piano berdiri tegap di tengah-tengah ruang keluarga, yang ada pintu ke kebun bagian belakang dan jendela menghadap kebun samping kanan-kiri.  Bayangkan bermain piano sambil mencium aroma rumput, bunga, sayur-sayuran organik yang ditanam sendiri, dan barangkali...bau tanah sehabis hujan.  Sempurna!

5. Saya nggak pernah ke dokter atau minum obat kalau sakitSaya lebih percaya sama pengobatan alami, murah, dan gampang.  Masuk angin: minum Tolak Angin.  Demam: makan Indomie kuah pakai telur hangat-hangat.  Sakit kepala dan mual: main piano.   Flu: cari buku humor dan tertawa.  Segala penyakit: tidur nyenyak selama tiga jam.  Entah bagaimana semuanya selalu manjur.  Alhasil saya kalau absen sekolah dulu nggak pernah lama-lama.  Paling banter sehari, udah gitu besoknya pasti masuk.  Soalnya saya sudah tahu cara pengobatan pribadinya! Yah, setiap tubuh dan jiwa kan butuh perawatan yang berbeda. 

6. Saya tidak pernah menuliskan tujuan hidup saya. Ajaran yang saya anut adalah: biarkan hidup mengalir.  Mana saya sangka, saya sekarang main viola?  Dulu, saya nggak pernah terpikir saya bakal nulis novel, diterbitin pula!  Saya cuma perlu satu garis besar saja untuk hidup saya: seni.  Itu sudah menuntun saya ke mana-mana, bahkan mendewasakan saya!

7. Bagi saya, kepanitiaan adalah dramaSaya nggak betah ikut rapat, saya nggak suka muka-muka serius yang kelelahan sebagai panitia, saya bingung kalau ketika ada sesuatu yang tidak beres para panitia langsung kalap dan marah-marah, sejujurnya saya GELI sama semua ciri-ciri kepanitiaan. Kayak drama semua. Saya lebih suka tetap nongkrong dan tertawa gila-gilaan, tapi sambil bekerja.  Makanya saya kalau kerja diam seribu bahasa atau sambil nyanyi atau sambil guyonan (dan saya selalu berusaha menularkannya ke mana-mana).  Maafkan saya, semua yang pernah jadi panitia sama-sama.  :) 

8. Saya sangat suka melucu. Jadi kalau lagi bareng saya dan Anda punya selera humor dan guyonan yang bener-bener bikin saya ketawa, jangan capek-capek ya, pasti saya terusin! Saya nggak pernah capek berbalas kekonyolan.  Bagi saya lebih baik ngobrol lima jam isinya begituan (humor) daripada sejam ngocehin masalah dan masalah... Tapi saya akan mendengar keluh kesah lawan bicara dengan khidmat kok.  Saya tahu konteks. Ngomong-ngomong ini urusan lawak, kayaknya memang turun temurun dari Engkong (yang walau judes tapi kalau mengungkapkan sesuatu bisa bodorrrr banget) dan seluruh keluarga kalau ngumpul yang isinya guyonan doang.  Udah gaya hidup!

9. Saya anak rumahan.  Kalau seminggu atau lebih atau bahkan tiga hari saya nggak ada di rumah, atau harus pergi pagi-malam, saya home sick.  Pingin ada di rumah, ketawa-ketawa sama Papa Mama atau Abang kalau dia lagi pulang, tidur siang, nonton, santai-santai, latihan piano, belajar viola sampai suaranya memuaskan, ngelanjutin novel...ah, pokoknya banyak alasan rindu rumah! 

10. Saya suka senyum sendiri.  Beneran kok.  Di jalan, di angkot...saya suka tiba-tiba merasa bahagia karena teringat atau melihat sesuatu, kemudian tanpa sensor saya memasang wajah gembira di muka.  Siapa tahu ada yang katepa terus ikut bahagia.  Amin.  :) 

demikian undang-undang ini ditulis dengan segenap hati dan cinta kasih :) Selamat malam!

Elgar-Salut d'Amour


Elgar-Salut d'Amour
 diinterpretasikan oleh Kak Alia (biola) dan Katarina Ningrum (gendang, ya bukanlah, piano)

Pulang Ke Rumah!

Yihaaa! Saya pulang! Pulang! Ada di rumah dari pagi dan ada di rumah siang dan masih ada hingga malam.  Rasanya lega sekali...

Memangnya saya dari mana sih? Hoho.  Gini ceritanya.  Atas dorongan Kak Angie guru piano, saya akhirnya dijebloskan ke Bandung Music Camp! Acara yang diselenggarakan oleh Classicorp di Indra Music School Jalan Progo Bandung dalam rangka...entahlah.  Menampung musisi-musisi muda dan memfasilitasi kegiatan masterclass? 

Ya intinya, di camp (butuh) konsentrasi ini, para siswa akan mengikuti kelas privat, kelas chamber (misalnya saya, duet biola-piano, ada kelasnya sendiri), informal performance, dan...bergaul! :D Hehe.

Faculty artists alias bintang tamu pengajarnya adalah pianis canggih Kim Barbier, dan anggota-anggota Aura String Quartet: Vahagn Aristakesyan, Adam Taubitz, Christian Vaucher, Conrad WyssPokoknya ramai deh.  Hahaha!

"Kuliah kilat" ini berlangsung selama 9 hari dari 30 Juni-8 Juli, ditutup dengan konser tanggal 9 Juli di Auditorium CCF.  :) Tempat saya biasanya abring-abringan sama teman-teman nonton resital.  *senang

Dan apa saja yang saya lakukan selama 9 hari tersebut? Pagi jam 9an kelas privat sama Kim Barbier.  Lagu yang saya bawa untuk diasistensi merupakan bahan untuk ujian ABRSM Grade 8 Oktober nanti.  Mulai dari Bach, Mozart, dan Chopin.  Dan diawalilah berbagai koreksi! Mulai dari teknik sampai 'perasaan' setiap lagunya.  Mon Dieu! Hari pertama, kepala mulai nyut-nyut.  Banyak ilmu yang masuk tapi foldernya agak acak-acakan.

Siangan, jam setengah 2, saya kelas chamber bersama Arya (biola), pasangan duet saya yang ngasih lagu Accolay-Violin Concerto No.1 in A Minor sebagai PR.  Jumlahnya: 12 halaman sajaa! Nah, ini tutornya Conrad.  Beliau pemain selo-nya Aura String Quartet.  :) Ngajarnya juga enak.  Kabarkaburnya beliau galak, tapi pas udah diajar, nggak tuh! Malah baik banget dan lucu.

Sore jam 4an, saya kelas bareng Kak Alia (biola).  Kali ini tugasnya Elgar-Salut d'Amour.  Dosennya: Christian Vaucher.  :)  Beliau ambil peran viola di ASQ.   Orangnya humoris dan matanya bagus *hahaha.

Udah gitu ya, pulang.  Cuma tanggal 1-2 Juli, saya nggak langsung pulang karena main bareng SLCO di GOR Pajajaran dalam rangka meramaikan Bandung Diocese Youth Day, semacam perayaan anak muda Katolik se-Bandung yang dibuka dengan Misa Akbar bersama Administrator Keuskupan.  Memang ada sedikit masalah dengan sound system, tapi yah, acara tetap berjalan dan sesama anak SLCO tetap saling menyayangi (hah?).

Nah, tanggal 5 Juli, diadakan konser khusus anak-anak dari Surabaya dan Jakarta (yakni Suprapto alias Po yang berduet sama Sulistyo, dan bikin Sulistyo pusing tujuh juta keliling), serta konser Aura String Quartet setelah istirahat lima belas menit.

Aura String Quartet tampil TERLALU memukau sampai susah nafas! Mereka membawakan karya Dvorak.  Nuansa lagunya oriental-oriental gimana.  Kesukaan saya.  Yah, pokoknya, NGUJUBILEH KEREN! Sayangnya saya lupa rekam... *keburu euforia

Habis konser di Auditorium Indra Music School itu, kami makan-makan di Giggle Box.  Enak! <3  Tapi sedihnya, kami pun berpisah sama Aura String Quartet.  Au revoir, Conrad and Christian! :') Merci!

Lho, kalau Aura String Quartet pulang, gimana dong nasib kelas chamber

Tadaa! Sambutlah: Micha Afkham, suami dari Kim Barbier! :D Ternyata dia berasal dari Berlin Philharmonic Orchestra dan dia akan menjadi pengajar kelas musik kamarnya!  Wohoow. Selama ini saya hanya melihat dia dari kejauhan, lagi gendong bayi (ya, mereka membawa bayi 7 bulan mereka yang lucunya amit-amit).

Jadi dalam 3 hari, kami benar-benar menyempurnakan semua karya dengan sepenuh hati...dan...voilà, kami pun konser di CCF! :) Berikut videonya saya cantumkan.  Ada kebodohan-kebodohan kecil di pihak pianis, harap dimaafkan.  Terima kasih.  Oh iya, ini baru satu.  Nanti yang lainnya menyusul ya.  :)


Chopin-Nocturne Op.32 No.1 diinterpretasikan oleh Katarina Ningrum